--> Skip to main content

Laporan praktikum kimia stoikiometri

Laporan Kimia

ChemisCode - Pada kesempatan kali ini ChemisCode akan membahas laporan praktikum kimia yang berjudul stoikiometri yang didalamnya mencakup Abstrak, pendahuuan, Tinjauan Kepustakaan, Metodologi, Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan, Kesimpulan, dan daftar pustaka.

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan dengan judul “Stoikiometri Reaksi” yang bertujuan untuk menentukan stoikiometri reaksi sistem Pb(NO3)2 ditambah NaOH ditambah H2O. Percobaan ini menggunakan prinsip analisa kuantitatif yaitu menghitung massa residu dan jumlah mol dari Pb(NO 3)2 dan jumlah mol NaOH. Hasil dari percobaan ini adalah terbentuknya endapan Pb(OH)2 dari pencampuran antara Pb(NO3)2 dan NaOH dengan jumlah mol dan massa residu yang berbeda. Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah semakin besar volume dan kemolaran maka massa dan jumlah endapan semakin besar.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada prinsipnya materi terbagi menjadi tiga wujud yaitu padat, cair, dan gas. Padatan adalah materi yang kaku dengan bentuk tidak pasti. Cairan tidak sekaku padatan dan bersifat fluida yaitu mengalir dan mengambil bentuk sesuai dengan bentuk wadahnya. Gas bersifat fluida, tetapi tidak seperti cairan, gas dapat mengembang tanpa batas. Dengan ilmu kimia ketiga wujud materi tersebut bisa berubah wujud menjadi wujud yang lain. Perubahan kimia dapat diamati dengan terbentuknya endapan, timbulnya gelembung gas, perubahan warna dan perubahan kalor.

Ilmu kimia mempelajari salah satu cabang yang sangat dibutuhkan untuk lebih memahami ilmu kimia yaitu stoikiometri. Ilmu kimia mempelajari tentang peristiwa kimia yang ditandai dengan berubahnya satu zat menjadi zat lain adalah reaksi kimia. Suatu bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu senyawa atau reaksi kimia disebut stoikiometri. Dengan kata lain, stoikiometri reaksi adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam suatu reaksi. Stoikiometri merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan – hubungan kuantitatif dari reaksi kimia atau senyawa kimia.

Kita selalu menjumpai hal-hal yang berkaitan dengan stoikiometri di kehidupan sehari-hari kita selalu. Baik yang terdapat di alam, laboratorium, industri atau pabrik, maupun dilingkungan sekitar kita. Salah satu contoh yang dapat kita temukan di alam misalnya nitrogen dan hidrogen bergabung membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk dan bahan bakar yang dihasilkan oleh minyak bumi. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari stoikiometri reaksi untuk mempermudah kita dalam menentukan kadar massa dalam sebuah reaksi.

1.2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan stoikiometri reaksi dari sistem Pb(NO3)2 + NaOH + H2O.

1.3. Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah praktikan dapat menentukan stoikiometri reaksi dari sistem Pb(NO3)2 + NaOH + H2O, praktikan juga mengetahui rumus untuk menghitung jumlah mol dalam suatu senyawa, praktikan dapat menggambarkan grafik massa residu.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Stoikiometri berasal dari kata Yunani, stoicheon (unsur) dan mettrein (mengukur), berarti mengukur unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel-partikel atom, ion, molekul atau elektron yang terdapat dalam unsure atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri yang menyangkut cara untuk menimbang. Stoikiometri juga menyangkut cara menghitung spesi-spesi kimia. Dengan kata lain, stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia. Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah. Salah satunya dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu.

Mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah. Namun, molar totalnya sama. Sifat fisika tentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa. Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung pada jumlah pereaksinya. Jika mol yang bereaksi diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal, yakni dengan mengalurkan kenaikan temperature terhadap komposisi campuran (Sutrisno,1986).

Mempelajari stoikiometri larutan, berarti kita harus mengetahui berapa banyak reaktan yang terdapat di daam larutan. Kita juga harus tahu bagaimana mengendalikan jumlah reaktan yang digunakan untuk menjalankan suatu reaksi di dalam larutan. Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat di dalam sejumlah tertentu pelarut atau larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Salah satu satuan konsentrasi yang paling umum dalam kimia adalah molaritas (M) atau konsentrasi molar. Konsentrasi molar yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Contohnya 1,46 molar larutan C6H12O 6 dituliskan sebagai C6H12O6 1,46 M. Artinya C6H12O6 mengandung 1,46 mol zat terlarut dalam 1 L larutan. Tentu saja kita tidak selalu bekerja denga larutan yang mempunyai volume tepat 1 L. Hal ini tidak menjadi masalah sepanjang kita tidak lupa untuk mengkonversi volume larutan menjadi satuan liter. Sebagaimana diketahui bahwa satuan molaritas adalah mol per liter. Perhatikan bahwa konsentrasi, seperi halnya kerapatan, adalah suatu sifat intensif, sehingga nilainya tidak bergantung pada berapa banyak larutan yang ada. Kita dapat mengetahui prosedur untuk menyiapkan suatu larutan yang molarnya diketahui yaitu dengan melakukan praktikum atau percobaan (Raymond Chang,2004).

Bobot satu mol suatu zat disebut bobot molar. Bobot molar dalam gram suatu senyawa secara numeris sama dengan bobot molekul dalam satuan massa atom. Banyaknya satu hasil reaksi yang diperhitungkan akan diperoleh jika hasil reaksi itu sempurna disebut rendemen teuritis. Dalam praktek, pemulihan suatu hasil reaksi kurang dari 100 %, kadang – kadang jauh lebih rendah. Rendemen nyata suatu hasil reaksi dibagi dengan rendemen teoritis kali seratus adalah rendemen persentase.Pereaksi pembatas adalah zat yang habis bereaksi dan karena itu membatasi kemungkinan diperpanjangnya reaksi itu (Petrucci, 1985).

Salah satu keuntungan menggunakan cara kemolaran adalah kemudahan untuk mengetahui jumlah mol zat terlarut dalam volume tertentu larutan. Reaksi kimia menggabungkan unsur-unsur menjadi senyawa. Penguraian senyawa menghasilkan unsur – unsurnya dan transformasi mengubah senyawa yang ada menjadi senyawa baru. Oleh karena atom tidak dapat dimusnahkan dalam reaksi kimia. Maka jumlah atom(atau mol atom) dari setiap unsur sebelum dan sesudah reaksi harus selalu sama. Kekekalan materi dalam perubahan kimia ini terlihat dari persamaan kimia yang balans untuk proses tersebut.

Bahasa kimia mengatakan bahwa tiap zat murni yang diketahui, baik unsur maupun senyawa, mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk memberikan suatu reaksi kimia ialah menulis rumus untuk tiap zat yang terlibat dalam bentuk suatu persamaan kimia. Suatu persamaan kimia meringkaskan sejumlah besar informasi mengenai zat – zat yang terlibat dalam reaksi. Persamaan ini tidaklah sekedar pernyataan kualitatif yang menguraikan zat – zat yang terlibat, tetapi juga pernyataan kuantitatif, yang menjelaskan berapa banyak pereaksi dan hasil reaksi terlibat. Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus – rumus dan persamaan – persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri (Respati, 1992).

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawa-senyawanya. Perhitungan kimia secara stoikiometri biasanya memerlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut :

1. Hukum Boyle (1662)
“Bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik dengan tekanannya.”
P1.V1 = P2.V 2

2. Hukum Lavoisier (1783)
“Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.”

3. Hukum Proust (1799)
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu tetap.”

4. Hukum Gay Lussac (1802)
“Dalam suatu reaksi kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama volumenya berbanding lurus dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus sebagai bilangan bulat dan sederhana.”

5. Hukum Boyle - Gay Lussac (1802)
“Bagi suatu kuantitas dari suatu gas idela (yakni kuantitas menurut beratnya) hasil kali dari volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya adalah konstan.”

6. Hukum Dalton (1803)
“Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan tetap.”

7. Hukum Avogadro (1811)
“Gas-gas yang memiliki volume yang sama, pada temperatur dan tekanan yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.”

8. Hukum Gas Ideal (1834)
PV = k (suatu tetapan)

Tiga hukum Gas:
Hukum Boyle : V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum Charles : V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro : V = c.n (pada T, P tetap)
Hubungan ini dapat digabungkan menjadi satu persamaan :
PV = nRT
(Barsasella, 2012).

Mol dari suatu zat adalah banyaknya susatu zat yang mengandung 6,022 10 23 satuan. Konsep mol sangatlah penting dalam ilmu kimia karena berguna dalam menentukan jumlah partikel zat jika diketahui massa dan massa relatif. Dalam perhitungan hubungan antara massa dengan mol adalah:
n = M V
Keterangan :
n = jumlah mol (mmol)
M = massa zat (M)
V = volume zat (ml)

Konsep mol juga terdapat pada gas dan suhu dengan tekanan yang sama. Persamaan ini dikenal
dengan persamaan gas ideal yang dinyatakan sebagai:
PV = nRT
Keterangan:
T = suhu
n = jumlah mol
P = tekanan gas
V = volume
R = tetapan gas (0,082)
 (Goldberg,2007)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

Metodologi percobaan praktikum Stoikiometri daoat didownload di bawah ini 

DAFTAR PUSTAKA

Chang,R. 2004. Kimia Dasar. Terjemahan dari General Chemistry oleh Tim
Erlangga, Erlangga, Jakarta.

Ralph H, Petrucci. 1985. Kimia Dasar. Terjemahan dari General Chemistry oleh
Suminar, Gelora Aksara, Jakarta.

Respati. 1992. Dasar – Dasar Ilmu Kimia. Rineka Cipta, Jakarta.

Sutrisno. 1986. Materi Pokok Fisika. Karvaika, Jakarta.

Barsasella, Diana. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Trans Info Media : Jakarta.

Goldberg, David E, 2007. Schaum’s Outlines Kimia Untuk Pemula Edisi Ketiga.
Terjemahan dari Schaum’s Outlines of Theory and Problem of Beginning
Chemistry 3rd edition , oleh Suminar Setiadi Achmad. Erlangga : Jakarta.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar